DE

Kebebasan Ekonomi
Smart Food Business: Pemenuhan Hak atas Pangan melalui Inovasi

Jakarta , Surabaya, Kuta, Juli-September 2019
Smart Food Business
Bersama para advisors, project owners mengidentifikasi tantangan dan solusi start up agribisnisnya © FNF Indonesia, CIPS

Terdapat sebuah salah persepsi yang akut bahwa menjadi seorang petani diasosiasikan dengan kehidupan di bawah garis kemiskinan. Fakta memang menunjukan bahwa mayoritas petani di Indonesia tidak memperoleh standar hidup yang mencukupi. Akan tetapi bukan profesi sebagi petani yang membuat kehidupan mereka menjadi susah, melainkan panjangnya jalur distribusi komoditas yang membuat petani tidak bisa meraih keuntungan seperti yang diharapkan.

Indonesia yang memiliki jumlah penduduk sebanyak 264 juta jiwa dengan jumlah peningkatan penduduk sebesar 1,1% per tahun membutuhkan pasokan pangan yang memadai. Dimana ada permintaan terhadap bahan pangan, di sana selalu ada potensi lumbung-lumbung usaha di dalam sektor pertanian yang menjanjikan.  Untuk mengkoversikan potensi permintaan pangan yang besar menjadi laba, anak-anak muda yang mendirikan start-up di bidang agribisinis berpotensi besar memotong rantai distribusi pangan dan membuktikan bahwa menjadi petani dan melakukan kegiatan bercocok tanam bukanlah lagi profesi kelas dua di kalangan masyarakat Indonesia.

Smart Food Business
Melalui inovasi-inovasinya, start-up dapat menjadi solusi permasalahan agrikultur di era modern © FNF Indonesia, CIPS

Berlandaskan atas keprihatinan akan kesejahteraan petani dan sebuah visi dimana start-up bisa menjadi tonggak utama untuk mengatasi permasalahan pertanian, CIPS bekerjasama dengan FNF Indonesia menyelenggarakan lokakarya yang bertajuk Smart Food Business dengan metode fasilitasi ruang terbuka. Lokakarya diselenggarakan di tiga lokasi yang berbeda yakni Jakarta, Surabaya dan Kuta dengan tujuan untuk menghubungkan para aktor-aktor yang terlibat di dalam sektor agribisnis untuk bertukar gagasan, membagikan pengalaman berusaha dan mencari solusi inovatif dalam menanggapi permasalahan pertanian di Indonesia.

Dalam lokakarya tersebut, para pendiri-pendiri start-up (project owners) diberikan kesempatan untuk menjelaskan praktik bisnis mereka dan disertai oleh penjelasan tentang tantangan-tantangan yang mereka hadapi. Setelah mengetahui gambaran bisnis yang dilakukan oleh project owners , sesi ruang terbuka dimulai dan para peserta (project advisers) yang datang dari beragam profesi di bidang agribisnis menghampiri para projet owners untuk berdiskusi terkait kenadala bisnis yang dihadapi, skema model bisnis yang dijalankan dan memberikan nasehat konstruktif tentang bagaimana mengatasi permasalahan bisnis yang dihadapi oleh para project owners.  Di penghujung acara para project owners merangkum solusi-solusi dan wawasan bermanfaat yang diperoleh melalui hasil diskusi yang dilakukan dalam sesi ruang terbuka.