DE

Perubahan Iklim
Kampanye Strategis Membangun Aksi Optimisme untuk Keadilan Iklim

Diskusi Daring @america, Jakarta, 28 Agustus 2020
There is no planet B
© Photo by Li-An Lim on Unsplash

Kampanye yang strategis untuk aksi iklim dan keadilan iklim penting untuk meningkatkan kesadaran dan optimisme kerjasama berbagai kelompok masyarakat dengan masing-masing perspektif yang diyakininya. Lebih jauh, Program Officer FNF Indonesia, Jonathan Davy, menyebutkan pendidikan kebebasan dan demokrasi serta pendidikan kewarganegaraan melalui isu perubahan iklim adalah program kerja nyata FNF Indonesia dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 7 (affordable and clean energy), 11 (sustainable cities and communities), dan 13 (climate action). Hal-hal inilah yang menjadi dasar penyelenggaraan Webinar “The Power of Strategic Campaigning: Change the World for Climate Justice” yang diadakan bersama Climate Institute, @america, Youthopia, World Clean Up Day, dan Bye-Bye Plastic Bag pada Jumat, 28 Agustus 2020 lalu.

Salah satu kendala terbesar dalam isu lingkungan adalah kecenderungan peliputan berita dan seruan aksi lingkungan dengan tonalitas pesimistis “gloom and doom”. Hal ini diyakini dapat dengan mudah mendorong rasa putus asa dan ketidakpedulian. Berangkat dari observasi ini, seharusnya optimisme dan harapan penting disertakan dalam pembahasan isu-isu iklim. Studi menunjukkan bahwa pembahasan masalah tanpa solusi hanya akan menghadirkan rasa putus asa yang kontraproduktif (Sciencemag). Dengan demikian, narasi optimis melalui cerita inspirasi yang menyoroti komunitas dan aksi individu diyakini dapat menggandeng lebih banyak aktor kolaborator untuk aksi iklim.

The Forest is Out Father, The Land is Our Mother, The Water is Our Blood

Letania Belai Djandam

Terlahir sebagai keturunan suku Dayak dan generasi kedua aktivis lingkungan, Laetania Belai Djandam, adalah seorang Climate Reality Leader yang secara aktif menyuarakan hak-hak masyarakat adat atas hidup berkelanjutan, termasuk juga atas hak atas budaya dan lingkungan hidupnya. Masyakarat adat Sungai Utik melihat keterkaitan antara keberlangsungan budaya dan lingkungan hidup yang sehat, dimana penghormatan budaya adalah pemberdaya untuk kelestarian lingkungan Suku Dayak Iban di Sungai Utik. Dalam usahanya, advokasi level internasional pada United Nations Equator Prize 2020 terbukti berhasil mendorong penghargaan serupa di level Nasional-Kalpataru Prize, dan aksi iklim Nasional Diterimanya dua penghargaan lingkungan bergengsi inilah yang mampu mendorong simpati pemerintah lokal untuk membantu permasalahan hukum Suku Dayak Iban dalam mengelola tanah dan akses sumber daya yang dimilikinya (Hak Ulayat Masyakarat Adat). (UN Equator Prize merayakan keberhasilan masyarakat adat dan komunitas lokal yang mempelopori solusi berbasis alam untuk perubahan iklim dan pembangunan berkelanjutan)

Kampanye strategis yang dipaparkan oleh Putri Potabuga dari Climate Institute, dilakukan melalui pemilihan kelompok anak muda sebagai aktivis dan pemimpin aksi lingkungan. Dengan penyelenggaraan beragam kegiatan edukasi; melalui lokakarya, seminar, ataupun diskusi, diharapkan dapat membentuk kesadaran pemuda terkait bentuk nyata perubahan iklim. Mengejar ketimpangan pengetahuan atas isu perubahan iklim diantara anak muda di kota besar dan daerah adalah strategi kedua yang diterapkan Climate Insitute dalam menciptakan optimisme dan kolaborasi aksi iklim di penjuru Indonesia. Stategi ketiga dan yang terpenting adalah perlunya menjaga relasi alumni kegiatan Climate Institute dengan mengadakan aksi kolaborasi melalui koalisi individu ataupun komunitas lokal.

Agustina Iskandar yang merupakan Pemimpin World Clean Up Day Indonesia menyebutkan hadirnya suatu wadah yang mempertemukan semangat, kecintaan dan kepedulian untuk perubahan baik yaitu Indonesia bersih dan bebas dari sampah menjadi awal dari kesuksesan penyelenggaraan aksi bersih-bersih serentak di seluruh dunia. Dengan hadirnya organisasi WCD Indonesia, gerakan bersih-bersih nasional berhasil menjaring keterlibatan 9 juta orang di seluruh Indonesia. Menjaring keterlibatan pemerintah dan pemimpin lokal dengan turun langsung ke lapangan dan mengupayakan diterbitkannya surat dukungan disebutkan sebagai salah satu kunci suksesnya aksi WCD 2019. Suksesnya Kampanye WCD 2019 adalah bukti keberhasilan strategi WCD Indonesia dalam mensinergikan kegiatan berbagai organisasi yang terlibat dengan program-program yang sudah dicanangkan pemerintah, misalnya Gerakan Indonesia Bersih yang digagas Kemenko Kemaritiman dan Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah yang digagas KLHK.

Melati Wijsen sebagai pendiri Bye-Bye Plastic Bag yang saat ini bergerak di 29 negara menyebutkan kejelasan ajakan persuasif (call to action) menjadi kunci keberhasilan suatu kampanye. Sebuah kampanye harus dapat menyampaikan masalah, ide dan solusi yang akan dicapai. Poin kedua atas keberhasilan kampanye adalah dengan pembentukan tim yang terdiri dari orang-orang dengan semangat serupa untuk bekerjasama dan berdiskusi dalam menciptakan aksi yang inovatif, inklusif, dan bergerak dengan cepat. Poin ketiga adalah pentingnya kreativitas seluruh anggota dalam menjalankan misi gerakan lingkungan, baik di dunia digital ataupun aksi di lapangan. Kolaborasi baik di level nasional dan internasional dibutuhkan untuk membentuk kampanye strategis. Melati yakin terhubungnya beragam isu dan pengalaman dari masing-masing kolaborator terbukti dapat menciptakan perubahan di level komunitas dan level sistemik.