DE

Perubahan Iklim
Pembangunan Rendah Karbon untuk Masa Depan Indonesia Yang Lebih Berkelanjutan?

Diskusi Daring, Jakarta, 30 Juni 2020
Panelis, Panitia, Peserta Webinar Pentingnya Penerapan Gaya Hidup Rendah Karbon
Panelis, Panitia, Peserta Webinar Pentingnya Penerapan Gaya Hidup Rendah Karbon © FNF Indonesia, IESR Indonesia, Climate Institute

Webinar dengan topik Pentingnya Penerapan Gaya Hidup Rendah Karbon Dalam Memenuhi Hak Atas Lingkungan Hidup Pasca-COVID-19 terselenggara oleh climate Institute bekerja sama dengan Friedrich Naumman Foundation (FNF) Indonesia untuk menggaungkan kebutuhan dan pentingnya mengimplementasikan pembangunan rendah karbon di Indonesia dalam rangka mengembangkan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan berkelanjutan yang dapat dilakukan dalam segala tingkat, mulai dari pendekatan sistemik dan pendekatan top-down hingga pada tingkat terkecil, yaitu kehidupan sehari-hari. Webinar ini diselenggarakan melalui platform zoom webinar dan dihadiri oleh 114 peserta.

Diskusi dimulai dari presentasi oleh Pak Sudaryanto sebagai narasumber perwakilan dari Low Carbon Development Indonesia (LCDI), sebuah lembaga binaan BAPENNAS yang bekerjasama dengan beberapa CSO, Lembaga swasta dan universitas. Dalam presentasinya Sudaryanto menjabarkan definisi dari pembangunan rendah karbon dari perspektif pemerintah yang memiliki 5 pilar (pembangunan energi berkelanjutan, pemulihan lahan berkalanjutan, penanganan limbah, pengembangan industri hijau, dan rendah karbon pesisir laut) sebagaimana kerangka kegiatan prioritas dari pemerintah yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024. Dalam penjelasannya ditekankan banyak cerita sukses yang dilakukan oleh BAPPENAS dengan berbagai Lembaga di Indonesia, kemudian Sudaryato menegaskan bahwa fokus kita sebaiknya tidak hanya terletak pada pemahaman teoretik perihal kerangka kebijakan yang ada namun bagaimana hal ini dapat diimplementasikan. Pada akhir diskusi Sudaryanto menekankan untuk seluruh pihak dan anak muda dan dan professional muda untuk mengambil peran dan ikut bertanggungjawa untuk membantu tujuan dari pembangunan rendah karbon, sebagaimana mencapai hak atas lingkungan yang sehat hanya dapat tercapai jika kita semua merasa bertanggung jawab dalam pencapaiannya.

Paparan kemudian dilanjutkan oleh Citraningrum dari Institute for Essential Service Reforms (IESR) yang menyampaikan pandangannya tentang pembangunan rendah karbon dari prespektif Energi Terbarukan (ET). Citraningrum menjelaskan ketergantungan kita pada bahan bakar fosil perlu dikurangi untuk pencapaian pembangunan rendah karbon, salah satu cara mengurangi ini dapat dilakukukan dengan pemanfaatan ET, yang dalam penjelasannya adalah Solar Energy (energi matahari). Inovasi dalam sektor Solar Energy saat ini dijelaskan sudah menjadi semakin murah dan terjangkau untuk masyarakat, juga dijelaskan bagaimana Solar Energy sebagai salah satu sumber yang mampu diandalkan sebagai alternatif dari bahan bakar fosil. Terkait pemulihan ekonomi pada masa ini (dengan COVID-19), Citraningrum juga menekankan pemerintah seharusnya dapat memanfaatkan momentum ini dengan memberikan paket stimulus ekonomi yang lebih baik kepada pihak yang mendukung pembangunan ekonomi hijau dan berkelanjutan. Presentasi ini membedah dengan jelas tentang bagaimana menggabungkan aspek “green energy” dalam upaya pemulihan kondisi ekonomi pasca-COVID-19 ini mampu menghasilkan pertubuhan tidak hanya dalam produktivitas sektor energi, namun dapat menciptakan peluang lapangan kerja dan dapat menguragi kebutuhan akan subsidi.

Narasumber ketiga, Fahmi dari B2W Indonesia yaitu komunitas pengguna sepeda yang secara aktif terlibat dalam mengadvokasi terciptanya ruang yang lebih baik untuk pengguna “Non-Motorized Transport” terutama sepeda. Dalam presentasinya, Fahmi berfokus pada sektor mobilitas perkotaan, dimana dalam pandangannya terdapat potensi dari NMT seperti sepeda yang semakin bertumbuh pasca-COVID-19 ini. Ia percaya bahwa bersepeda bukan hanya sekedar gaya hidup yang menjadi trend sementara, namun sebagai langkah serius dan efektif dalam usaha pencapaian pembangunan rendah karbon. Namun demikian disadari bahwa sekalipun bersepeda adalah langkah yang tidak diragukan lagi dalam upaya pembangunan rendah karbon, Fahmi melihat bahwa masih ada banyak hal yang perlu dilakukan pada aspek kebijakan, terutama pada aksesibilitas dan perlindungan keselamatan bagi pesepeda, serta dalam menggeser pola pikir dan paradigma bahwa bersepeda hanya sebagai trend gaya hidup.

Pada paparan terakhir, Aziz dari Coaction Indonesia, sebuah lembaga non-profit yang giat dalam kampanye, advokasi dan penetas ide dalam me-mainsteaming-kan Energi Terbarukan. Kali ini dijabarkan mengenai hasil penelitian yang dilakukan Coaction Indonesia berkejasama dengan Change.org dengan data survey dari 95.651 anak muda Indonesia mengenai prespektif soal ET. Diketahui bahwa lebih dari 35% anak muda rela untuk membayar sedikit lebih mahal untuk ET, dan 44,89% percaya bahwa kepedulian terhadap kesadaran akan pengembangan ET penting untuk diarahkan dari pemimpin, 20% memandang tantangan dari perkembangan ET terbatas karena tidak ada kesadaran dan pemahaman akan pentingan ET (yang artinya ET perlu terus dikampanyekan), dan 40% beranggapan bahwa pengembangan ET di Indonesia masih belum berkembang. Hasil akhir yang dipaparkan menyatakan anak muda percaya bahwa baik masayarakat dan pemerintah harus bersama-sama memikul tanggung jawab dalam peran pengembangan ET di Indonesia. Pada akhir presentasinya, Azis merangkumkan berbagai tindakan nyata apa yang bisa dilakukan anak muda untuk medukung pembangunan rendah karbon.

Usai seluruh paparan dari narasumber, acara webinar kemudian memasuki sesi tanya jawab. Pada webinar kali ini terdapat 32 pertanyaan yang masuk malalui fitur Q&A dalam platform zoom yang digunakan. Untuk mengemukakan nilai demokrasi, 32 pertanyaan ini kemudian diurutkan berdasarkan vote terbanyak dari peserta webinar, dimana pertanyaan yang mendapat vote tinggi mendapatkan prioritas untu, dibahas dalam sesi tanya jawab. Pada akhirnya, sisi diskusi terbangun dengan cukup baik dengan hadirnya beberapa pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber, namun mengingat efisiensi waktu diskusi, beberapa pertanyaan harus disimpan dahulu sebagai bahan diskusi kedepan.

Setelah sesi tanya jawab, ada polling yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari jalannya kegiatan webinar. Hasilnya, sekitar 90% dari partisipan percaya bahwa konten webinar kali ini sangat berguna dan peserta mendapatkan perspektif baru baik untuk pemahaman atas perubahan iklim maupun tentang pembangunan rendah karbon. lebih lanjut lagi terdapat 86% dari peserta memilih bahwa ia dapat mengambil tindakan untuk berkontribusi dalam gaya hidup rendah karbon. Polling ini kemudian menjadi kegiatan terkahir kemudian acara ditutup oleh Direktur Climate Institute yang sekaligus sebagai moderator pada acara kita kali ini Putri Damayanti, beriringan juga dengan ucapan terima kasih untuk seluruh narasumber dan peserta yang hadir.

Untuk mendapatkan seluruh materi dari webinar kali ini kamu dapat kamu peroleh dengan mengakses klik link berikut: Materi Webinar.